Panduan Praktis Menulis Cerpen untuk Pemula
Panduan Praktis Menulis Cerpen untuk Pemula
Cocok untuk siswa SMA dan siapa saja yang baru belajar menulis. Bahasa sederhana, langkah jelas, langsung bisa dipraktikkan.
1) Apa Itu Cerpen?
Cerpen adalah cerita pendek yang biasanya hanya membahas satu peristiwa utama. Membacanya bisa selesai sekali duduk, tokohnya tidak banyak, dan ada pesan/kesan yang ingin disampaikan.
- Panjang singkat (kurang lebih 2–10 halaman).
- Fokus pada satu masalah/keadaan.
- Jumlah tokoh sedikit.
- Tuntas dibaca sekali duduk.
- Melatih imajinasi dan empati.
- Mudah dilombakan atau dimuat di mading/blog.
- Tidak perlu kosa kata sulit—yang penting jelas.
2) Unsur Wajib dalam Cerpen
- Tema → ide besar (mis: persahabatan, keberanian, keluarga).
- Tokoh → pelaku cerita (utama & tambahan).
- Penokohan → sifat/karakter tokoh (sabar, pemalu, pemberani).
- Latar → tempat, waktu, suasana (contoh: tepi sungai, sore, tenang).
- Alur → urutan kejadian (awal–tengah–akhir).
- Sudut Pandang → siapa yang bercerita ("Aku" atau "Dia").
3) Cara Paling Mudah: Metode 3 Langkah
Langkah 1 — Pilih Ide dari Hal Terdekat
- Pengalaman pribadi: bantu orang tua di kebun, berangkat sekolah saat hujan, dsb.
- Peristiwa sekitar: banjir kecil di desa, lomba 17 Agustus, listrik padam.
- Cerita keluarga/teman: kisah kakek, sahabat baru, konflik kecil.
Langkah 2 — Buat Kerangka Sederhana
- Awal: kenalkan tokoh, tempat, suasana, dan benih masalah.
- Tengah: masalah memuncak, tokoh mencoba mengatasi.
- Akhir: masalah selesai (bahagia/netral/sedih) + pesan/efek.
Langkah 3 — Tulis dengan Bahasa Sehari-hari
- Pakai kalimat pendek agar mudah dibaca.
- Tambahkan sedikit deskripsi inderawi: “angin sore dingin, bau tanah basah”.
- Jangan takut salah, nanti bisa disunting.
4) Lembar Latihan (Isi, lalu susun jadi cerpen)
Klik tombol Tampilkan/Sembunyikan Lembar Latihan untuk fokus saat membaca.
5) Contoh Cerpen Sangat Pendek
Sepatu Hilang, Lomba Menang
Pagi itu, Budi bersemangat sekali. Di tangannya ia menggenggam nomor peserta lomba lari. Lapangan desa sudah penuh. Saat panitia memanggil, Budi kaget—sepatunya hilang! Semua teman sudah bersiap di garis start.
Tanpa pikir panjang, Budi melepas kaos kaki. “Tak apa, aku tetap ikut!” katanya. Debu lapangan terasa panas di telapak kaki, tapi ia terus berlari. Nafasnya memburu, sorak warga menambah tenaga.
Di garis akhir, Budi paling dulu menyentuh pita. Ia tersenyum sambil terengah. “Sepatu bisa dicari, semangat jangan sampai hilang,” ucapnya.
6) Tips Ringkas
- Mulai dari pengalaman sendiri atau kejadian di sekitar.
- Tak perlu kata sulit; yang penting jelas dan enak dibaca.
- Lebih baik singkat tapi utuh.
- Baca ulang dan sunting seperlunya.

Komentar
Posting Komentar