Belajar dari Pengalaman Banjir 2017, SMAN 1 Petak Malai Tingkatkan Kewaspadaan

SMAN 1 Petak Malai - Intensitas hujan lebat yang mengguyur wilayah Kabupaten Katingan, khususnya di bagian hulu Kecamatan Petak Malai, mengakibatkan beberapa desa terdampak banjir. Sejumlah desa yang mengalami dampak cukup signifikan antara lain Desa Tumbang Habangoi, Desa Nusa Kutau, dan Desa Tumbang Jala.

Banjir Di Katingan
Nyaris kembali menenggelamkan asrama SMAN 1 Petak Malai :
Pantauan kondisi Banjir terakhir Pukul 02.00 WIB  (14 September 2025)

Banjir tidak hanya merendam rumah-rumah warga yang berada di pemukiman rendah maupun di bantaran sungai, tetapi juga mengancam keselamatan ternak. Di Desa Tumbang Habangoi, misalnya, seekor sapi dewasa dilaporkan mati akibat terjebak banjir.

Mengapa Hujan Begitu Sering dan Lebat?

Menurut data klimatologi, wilayah Kalimantan Tengah saat ini sedang berada dalam fase peralihan musim dengan anomali cuaca yang dipengaruhi oleh fenomena global seperti La Nina lemah dan suhu muka laut yang hangat di sekitar perairan Indonesia. Kondisi ini menyebabkan curah hujan lebih tinggi dari biasanya. Selain itu, faktor lokal seperti luasnya daerah aliran sungai (DAS) di Katingan dan masih tingginya tutupan hutan hujan tropis membuat akumulasi hujan lebih besar di wilayah hulu, yang kemudian berdampak pada desa-desa di sekitarnya.

SMAN 1 Petak Malai Ikut Bersiap

Meski memiliki ketinggian yang relatif lebih tinggi dibanding desa-desa hulu, namun karena dari segi geografis berada di hilir yang mana pasti akan mendapatkan kiriman banjir, maka  SMAN 1 Petak Malai harus bersiaga. Pengalaman membuktikan bahwa dalam 10 tahun terakhir, sekolah ini pernah beberapa kali terdampak banjir parah. Salah satunya terjadi pada tahun 2017, ketika banjir besar merendam bangunan sekolah hingga setengah bagian.

Mengingat betapa sensitifnya perangkat-perangkat digital yang dimiliki sekolah terhadap air, pada Sabtu, 13 September 2025, dewan guru bersama beberapa siswa laki-laki sepakat untuk berjaga di lingkungan sekolah sebagai bentuk antisipasi. Ronda malam dilakukan hingga dini hari.

Beruntung, pada pukul 02.00 WIB, Minggu, 14 September 2025, debit air yang sebelumnya terus meningkat menunjukkan tanda-tanda penurunan. Kepala SMAN 1 Petak Malai, Muhammad Jumani, S.Pd, yang saat itu turut berjaga, akhirnya memutuskan untuk pulang dan beristirahat.

Status Siaga Masih Berlanjut

Walaupun air mulai surut, status siaga banjir tetap diberlakukan karena hujan masih mengguyur wilayah Petak Malai dan sekitarnya hingga artikel ini dirilis.

Upaya berjaga yang dilakukan warga sekolah adalah bentuk tindakan sementara untuk mengamankan aset-aset penting sekolah. Namun, SMAN 1 Petak Malai tetap berharap adanya solusi jangka panjang agar ancaman banjir dapat diminimalisir. Dengan demikian, proses pembelajaran yang aman, nyaman, dan berkelanjutan bisa terus terwujud bagi seluruh siswa.

Komentar