Matematika Itu Mudah: Belajar Perkalian dengan Jarimatika
MATEMATIKA ITU MUDAH & MENYENANGKAN BUKAN???
Matematika adalah ilmu dasar yang pembelajarannya dapat melatih kemampuan siswa untuk berpikir kritis, logis dan juga meningkatkan kemampuan analitis siswa dalam melihat suatu permasalahan.
Matematika juga berperan penting dalam ilmu ekonomi, managemen, biologi, fisika dan bidang lainnya. Bahkan kegiatan kita sehari-hari tidak terlepas dari matematika. Hal itu dapat dilihat dari proses jual beli di pasar atau supermarket.
Pendidikan memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang tinggi dalam bidang pengetahuan dan teknologi yang berguna untuk memajukan Indonesia.
Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas, tentunya sangat penting untuk membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih aktif dan para siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar.
Namun, hal itu tidak bisa berjalan mulus karena banyak siswa menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit, membosankan, mimpi buruk bahkan sebagian dari mereka mengganggap matematika sebagai momok. Kata "momok" memiliki arti hantu atau sesuatu yang menakutkan. Sehingga mereka seperti menyamakan matematika sebagai hantu dengan wujud soal-soal yang sulit dipecahkan dan rumus rumus yang sulit dihafalkan. Lalu mengapa mereka menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sangat sulit? Itu karena sejak awal mereka menanamkan gagasan bahwa “matematika itu sulit” hal itu mengisolasi pikiran siswa dan membuat mereka enggan belajar matematika dengan cara yang lebih menyenangkan.
Faktor Penyebab Matematika Menjadi Momok
- Konsep Dasar yang Lemah: Siswa kesulitan memahami pelajaran matematika karena tidak menguasai konsep-konsep dasar yang diperlukan untuk pelajaran tingkat lanjut.
- Pengalaman Menyakitkan (Trauma): Pengalaman buruk, kegagalan, atau tekanan dari guru dan orang tua dapat menyebabkan trauma yang membuat siswa enggan belajar matematika.
- Metode Pengajaran Monoton: Pengajaran yang tidak menarik, membosankan, dan kaku dari guru membuat siswa kehilangan minat belajar.
- Banyak Rumus yang Membingungkan: Banyaknya rumus yang harus dihafal menjadi tantangan tersendiri bagi siswa, membuat mereka enggan belajar.
- Kurangnya Motivasi dan Kepercayaan Diri: Siswa yang tidak memiliki motivasi kuat atau merasa tidak percaya diri akan kesulitan menguasai matematika.
- Hubungan Guru-Murid yang Tidak Harmonis: Label "killer" atau ketidakmampuan guru untuk berkomunikasi dengan baik dapat menghambat proses belajar mengajar.
Asumsi-asumsi tersebut semakin lengkap pula, ketika seorang guru mengajarkan pelajaran Matematika secara monoton, tidak menarik, dan menimbulkan ketegangan karena wajah guru yang galak. Situasi semacam ini semakin menjauhkan rasa ketertarikan siswa dalam mempelajari matematika. Pelajaran matematika sebenarnya menyenangkan. Namun hal ini memerlukan motivasi belajar yang kuat, semangat belajar yang besar dan rasa percaya diri.
Tidak hanya perempuan yang dinilai memiliki sifat dan sikap yang sulit dipahami, matematika juga demikian. Tiada hari tanpa rumus, logika, dan konsep dalam matematika. Banyaknya rumus dan cara penyelesaian matematika membuat matematika tidak mudah untuk dipahami. Pemahaman konsep dasar dalam matematika sangatlah penting. Kalau tidak bisa memahami konsep perkalian dasar atau perhitungan campuran, maka akan membuat kesulitan memecahkan soal tingkat lanjut. Matematika dianggap sebagai mata pelajaran sulit salah satunya karena faktor ketidakpahaman konsep.
Masalah siswa SMA yang kesulitan perkalian adalah fenomena yang menunjukkan adanya masalah sistemik dalam pendidikan dasar, bukan hanya masalah kemalasan siswa, melainkan karena sistem pendidikan gagal membangun fondasi matematika yang kuat, terlalu berorientasi pada nilai daripada pemahaman konsep, dan kurangnya metode pengajaran yang menarik. Hal ini juga diperparah oleh kurangnya stimulasi di rumah serta minimnya kesadaran orang tua akan pentingnya penguasaan matematika dasar.
Melihat permasalahan anak SMA yang kesulitan dalam perkalian, kita dihadapkan pada beberapa pertanyaan mendasar mengenai efektivitas dan arah sistem pendidikan kita. Ini bukan hanya tentang angka-angka, tetapi tentang fondasi kognitif dan keterampilan hidup yang mumpuni.
Jelas bahwa masalah perkalian pada jenjang SMA adalah gejala dari pondasi yang rapuh di jenjang pendidikan sebelumnya, khususnya sekolah dasar dan menengah pertama. Sistem pendidikan harus memastikan bahwa penguasaan konsep dasar aritmatika termasuk perkalian benar-benar tuntas sebelum siswa melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi. Ini berarti memberikan waktu yang cukup untuk latihan, menggunakan metode yang bervariasi (termasuk permainan, visualisasi, dan drill), serta secara rutin melakukan asesmen formatif untuk mengidentifikasi dan mengatasi kesulitan siswa sejak dini. Kurikulum perlu dirancang agar ada konsistensi dan kesinambungan dalam pengajaran keterampilan dasar ini dari satu tingkat ke tingkat berikutnya.
Pendidikan matematika yang ideal harus menyeimbangkan antara pemahaman konseptual dan penguasaan keterampilan prosedural. Memahami "mengapa" di balik perkalian (misalnya, sebagai penjumlahan berulang atau luas area) sama pentingnya dengan menguasai "bagaimana" melakukannya dengan cepat dan akurat. Jika penekanan terlalu berat pada salah satu aspek, maka kualitas pembelajaran akan terganggu. Guru perlu dilatih untuk mengintegrasikan kedua aspek ini, memastikan bahwa siswa tidak hanya menghafal fakta perkalian tetapi juga memahami maknanya dan dapat menerapkannya dalam berbagai konteks.
Kita dapat menerapkan salah satu solusi untuk mengubah persepsi bahwa Matematika menjadi momok yang menyeramkan tidak lagi ditemukan di sekolah dengan belajar perkalian menggunakan jari tangan.
Arimatika Perkalian dengan Jarimatika
Arimatika perkalian adalah metode belajar perkalian yang menggunakan jari tangan sebagai alat bantu untuk menghitung, dengan tujuan untuk memudahkan siswa memahami konsep perkalian dan membuatnya lebih menarik serta aktif. Metode ini mengajarkan teknik melipat jari untuk mewakili angka-angka perkalian, khususnya untuk bilangan 6 sampai 9, sehingga siswa dapat berhitung lebih cepat dan mudah tanpa menghafal secara konvensional.
Berikut Video Trik Menyelesaikan Perkalian Menggunakan Jarimatika:
Keunggulan Jarimatika Perkalian:
- Meningkatkan Partisipasi Siswa: Siswa lebih aktif dan terlibat dalam proses belajar.
- Memudahkan Pemahaman: Membantu siswa memahami perkalian dasar dengan lebih cepat dan mudah.
- Mengurangi Beban Memori: Siswa tidak perlu menghafal banyak perkalian secara konvensional.
- Meningkatkan Minat: Membuat belajar berhitung lebih menarik dan menyenangkan bagi anak-anak.
Mengembalikan penguasaan perkalian dan kemampuan dasar lainnya ke dalam arus utama pendidikan bukan hanya tentang meningkatkan nilai matematika siswa. Ini adalah tentang membekali generasi muda dengan keterampilan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, dan kepercayaan diri numerik yang akan sangat mereka butuhkan dalam menghadapi tantangan di masa depan, baik dalam studi lanjutan, karier, maupun kehidupan sehari-hari. Jika kita gagal mengatasi masalah ini, kita berisiko menciptakan generasi yang, meskipun cakap dalam menggunakan teknologi canggih, rapuh dalam fondasi kognitif yang paling mendasar.
Oleh karena itu, ini adalah seruan bagi semua pemangku kepentingan pemerintah, pendidik, orang tua, dan masyarakat luas untuk bersama-sama menyadari urgensi masalah ini dan berkomitmen untuk memastikan bahwa kemampuan dasar tidak lagi tersingkirkan, melainkan menjadi pilar utama dalam pembangunan pendidikan yang kokoh dan relevan. Masa depan literasi numerik dan kemajuan bangsa kita sangat bergantung pada kemampuan kita untuk mengatasi tantangan ini.
Komentar
Posting Komentar