Antara Tanggung Jawab Sekolah dan Tradisi Handep
SMAN 1 Petak Malai - Setiap daerah memiliki dinamika dan tantangan tersendiri dalam menjaga keaktifan siswa bersekolah. Di SMAN 1 Petak Malai, salah satu fenomena tahunan yang kerap menjadi tantangan adalah menurunnya kehadiran siswa saat musim manugal atau bercocok tanam di ladang.
Tradisi manugal merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Dayak di pedalaman Kalimantan Tengah. Pada masa ini, sebagian besar keluarga turun ke ladang untuk menanam padi dan tanaman lainnya sebagai sumber utama pangan. Dalam budaya Dayak, kegiatan ini tidak dilakukan secara individual, melainkan melalui sistem “handep”, yaitu bentuk gotong royong tradisional di mana masyarakat saling membantu menggarap ladang secara bergantian.
Sistem handep menjadi simbol solidaritas dan kekeluargaan yang kuat. Setiap keluarga akan mendapat giliran dibantu oleh warga lain, dan sebagai balasannya mereka juga wajib membantu pada saat keluarga lain menugal. Prinsipnya sederhana: semua saling bantu, semua mendapat hasil.
Namun, dalam konteks pendidikan, tradisi ini menghadirkan dilema tersendiri bagi sekolah. Banyak siswa SMA yang dianggap sudah cukup dewasa untuk ikut bekerja dan membantu keluarga di ladang. Mereka menjadi bagian dari “tenaga handep” yang diperlukan agar pekerjaan cepat selesai.
Di satu sisi, sekolah tentu berharap seluruh siswa dapat hadir secara penuh agar tidak tertinggal pelajaran. Tetapi di sisi lain, pihak sekolah memahami bahwa sebagian siswa juga memiliki tanggung jawab moral dan sosial dalam keluarga. Beberapa bahkan menjadi tulang punggung kedua, membantu orang tua agar keluarga tetap bertahan secara ekonomi.
Kepala SMAN 1 Petak Malai bersama guru-guru telah menyadari bahwa permasalahan ini tidak bisa dihadapi dengan pendekatan keras semata. Kebijakan yang diambil sekolah adalah memberikan pemahaman dan penguatan kepada siswa agar tetap menjalankan tanggung jawab akademik, meski mereka harus membantu keluarga. Misalnya, dengan meminimalkan lama izin meninggalkan sekolah, dan memastikan agar siswa yang sempat absen tetap mengejar ketertinggalan pelajaran setelah kembali.
Kebijakan ini bisa dikatakan bijak dan realistis. Di tengah situasi sosial ekonomi masyarakat pedesaan yang masih sangat bergantung pada hasil ladang, fleksibilitas sekolah justru menjadi bentuk empati dan penghargaan terhadap budaya lokal. Sekolah tidak menutup mata terhadap tradisi, tetapi juga tidak melepaskan tanggung jawab utama dalam mendidik.
Ke depan, SMAN 1 Petak Malai juga berharap agar orang tua semakin memahami pentingnya pendidikan bagi masa depan anak-anak mereka. Izin untuk membantu di ladang sebaiknya dimintakan hanya dalam kondisi yang benar-benar mendesak. Dengan begitu, anak-anak tetap dapat menyeimbangkan antara menghormati tradisi dan mengutamakan masa depan melalui pendidikan.
Tradisi handep dan semangat gotong royong dalam berladang memang harus terus dilestarikan, namun demikian, pendidikan juga perlu dijaga agar generasi muda Dayak kelak tidak hanya kuat dalam bekerja, tetapi juga cerdas dalam berpikir dan berdaya saing di masa depan.
Komentar
Posting Komentar