Cerpen : Pohon Ulin Keramat

Pohon Ulin Keramat

Tema: Misteri
Tokoh: Arika, Lina
Latar: Hutan adat desa di pedalaman Kalimantan, pagi hingga malam, nuansa tegang dan misterius

Pohon ulin keramat

Pagi itu, matahari baru saja muncul dari balik bukit ketika Arika dan Lina bersiap pergi ke pinggir hutan desa. Mereka berencana memetik buah belimbing darah (baccaurea angulata) yang sedang ranum.

“Jangan lama-lama ya, di hutan itu suka ada hal aneh,” pesan ibu Arika sambil menatap serius.

Arika hanya mengangguk sambil tertawa kecil. Namun, sebelum berangkat, kucing kesayangan Arika, Si Bulu, tiba-tiba mengikuti mereka. Berkali-kali Arika mencoba mengusirnya pulang. Anehnya, meski sudah ditinggal, kucing itu selalu muncul lagi di belakang mereka.

Akhirnya, Arika membiarkannya ikut.

Saat asyik memetik buah, Si Bulu menghilang. Arika panik, berkeliling mencari. Matahari mulai condong ke barat, membuat hutan perlahan gelap.

“Rik, pulang saja. Nanti kemalaman,” pinta Lina.

Tiba-tiba, dari arah yang remang terdengar suara kucing mengeong. Arika tanpa pikir panjang berlari mengikuti suara itu.

“Arika! Tunggu!” teriak Lina, tapi langkah temannya sudah jauh.

Lina tersentak saat menyadari arah yang dituju Arika menuju ke pohon ulin besar di tengah hutan—pohon yang warga desa percaya angker. Pernah ada orang yang tersesat berhari-hari di sana meski sebenarnya jarak ke desa dekat. Merasa takut, Lina memutuskan kembali untuk memanggil bantuan.

Arika menemukan Si Bulu di akar pohon ulin yang menjulang. Lega, ia segera beranjak pulang. Namun, anehnya, berapa kali pun ia melangkah, ia selalu kembali ke pohon itu. Jalan setapak yang dihapalnya menghilang, seakan hutan berubah menjadi labirin.

Perlahan rasa takut merayap. Bayangan pohon ulin terlihat seperti sosok besar yang mengawasinya. Arika memaksa menenangkan diri. Ia teringat petua neneknya: “Kalau tersesat di hutan yang ganjil, jangan panik. Ambil napas, bicara baik-baik pada penunggu, lalu ikuti tanda alam.”

Arika menatap pohon ulin, berbisik lirih, “Maaf kalau aku lancang. Aku hanya ingin pulang.” Ia lalu mematahkan ranting di setiap jalur yang ia lalui. Kali ini, setelah beberapa menit, jalan setapak menuju desa muncul kembali.

Dari kejauhan terdengar suara teriakan dan cahaya obor. Warga desa, dipimpin Lina, berlari menghampiri.

“Arika!” Lina memeluknya erat. “Kupikir kamu tak akan kembali.”

Arika tersenyum lemah sambil mengelus Si Bulu yang tenang di pelukannya. Malam itu, cerita tentang pohon ulin keramat kembali hidup di desa, tapi bagi Arika, itu bukan sekadar cerita—itu pengalaman yang takkan ia lupakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KUIS Inspirasi Pagi Sesion 1

Tenaga Pendidik SMAN 1 Petak Malai