Bahasa Menentukan Wibawa: Yuk Pilih yang Pas!

SMAN 1 Petak Malai - Kalau kita sering main game online, nonton konten di media sosial, atau sekadar nongkrong bareng teman, mungkin kata ini sudah jadi sangat akrab di telinga: “Anjir!”. Banyak anak muda menggunakannya sebagai ekspresi kaget, heran, atau sekadar seru-seruan bareng teman.

Bahasa Gaul Pantas Kah di sekolah

Tapi, tahukah kamu kalau kata ini sebenarnya berasal dari kata yang tidak terlalu sopan? Kata anjir adalah versi “halus” dari umpatan anjing. Jadi meskipun tidak sekasar aslinya, tetap saja punya jejak sebagai kata makian.

Kenapa Jadi Populer?

Sederhana saja: kata ini pendek, mudah diucapkan, dan terdengar “seru” dipakai saat bermain game atau menonton sesuatu yang mengejutkan. Tidak heran jika kata ini jadi cepat menular di kalangan remaja.

Dampak yang Sering Tak Disadari

  • Bahasa jadi terbiasa kasar. Kalau sudah sering diucapkan, mulut kita bisa otomatis mengulanginya, bahkan tanpa sadar.
  • Kurang pas di situasi formal. Bayangkan kalau kita refleks bilang anjir di depan guru, orang tua, atau saat presentasi kelas. Rasanya tentu janggal, bahkan bisa dianggap kurang sopan.
  • Berpotensi disalahpahami. Saat bercanda dengan teman mungkin aman, tapi kalau salah waktu dan salah sasaran, bisa dianggap ejekan.

Jadi, Harus Dilarang?

Tidak selalu. Sekolah bukan berarti harus “blacklist” setiap kata gaul yang ada. Justru yang lebih penting adalah kesadaran. Kita perlu tahu bahwa bahasa punya tempatnya masing-masing.

Di ruang kelas, di hadapan guru, atau di kegiatan resmi, ada baiknya kita memilih kata yang lebih netral dan positif. Sedangkan di dunia game atau obrolan santai dengan teman dekat, ekspresi gaul memang lebih fleksibel — asal tetap ingat batas.

Yuk, Coba Alternatif!

Kalau ingin tetap ekspresif tanpa terdengar kasar, coba ganti dengan kata-kata yang lebih kreatif:

  • “Wah, seriusan?”
  • “Astaga!”
  • “Gokil banget!”
  • “Waduh!”

Bahasa kita kaya sekali, dan menggunakan variasi kata akan bikin obrolan lebih segar.

Penutup

Kata “anjir” mungkin terdengar sepele, tapi dari sini kita bisa belajar bahwa pilihan kata mencerminkan sikap kita. Yuk, biasakan diri menggunakan bahasa yang tepat pada tempatnya. Bukan berarti tidak boleh gaul, tapi tahu kapan harus menyesuaikan.

Karena sesungguhnya, cara kita berbahasa adalah cerminan siapa kita.

Komentar