Semangat Toleransi dan Prestasi: Hari Terakhir Kemah Pelajar Lintas Agama FKUB Katingan

Kasongan, Sabtu, 1 November 2025 – Hari terakhir kegiatan Kemah Pelajar Lintas Agama yang diselenggarakan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Katingan menjadi momen penuh harapan, kebanggaan, dan refleksi bagi seluruh peserta, termasuk kontingen dari SMAN 1 Petak Malai. Bertempat di bumi perkemahan Kwartir Cabang Kasongan, rangkaian kegiatan diawali dengan senam pagi yang diikuti penuh semangat, dilanjutkan dengan sosialisasi bahaya penyalahgunaan narkoba, dan ditutup dengan acara penutupan resmi.

Tim Drama SMAN 1 Petak Malai

Di antara rangkaian kegiatan itu, salah satu momen yang paling dinanti oleh seluruh peserta adalah pengumuman pemenang lomba. Tiga cabang utama yang dilombakan yaitu Pidato, Drama, dan Yel-Yel Moderasi Beragama. Meski sejak awal tim SMAN 1 Petak Malai sudah memperkirakan hasilnya, degup jantung tetap terasa saat menunggu nama-nama juara disebutkan panitia.

Di tengah cuaca yang panas terik berbanding terbalik dengan hari pertama yang mendung dan gerimis semua peserta dan pendamping berdiri rapi, menyimak pengumuman dengan antusias. Dan tiba-tiba, kebanggaan itu hadir. Drama berjudul “Nada yang Sama di Tengah Perbedaan” yang diperankan oleh Ayu, Mario, Kendri Imel, Elsy, dan Lindo sebagai narator berhasil meraih Juara V. Meskipun bukan juara utama, capaian ini tetap menjadi kebanggaan tersendiri dan bukti bahwa semangat, kerja sama, dan kreativitas telah membuahkan hasil.

SMAN 1 Petak Malai Juara V Lomba Drama Moderasi Beragama

Tak berhenti sampai di situ, nama SMAN 1 Petak Malai kembali disebut dalam kategori Lomba Kebersihan Tenda, salah satu dari dua lomba tambahan selain lomba foto unik peserta. Penghargaan ini menunjukkan bahwa kebersihan, dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar juga menjadi perhatian utama para peserta dari sekolah kita.

Kepala SMAN 1 Petak Malai, Bapak Muhammad Jumani, yang turut mendampingi siswa selama kegiatan berlangsung, menyampaikan pesan menyentuh usai memberikan ucapan selamat. Beliau menegaskan bahwa yang paling berharga bukanlah piala atau sertifikat, melainkan proses, usaha, dan pengalaman yang dilalui peserta.

“Piala itu hanya simbol, tetapi proses kalian berlatih, bekerja sama, dan berjuang itulah pembelajaran sesungguhnya,” tutur beliau.

Beliau juga mengingatkan agar seluruh peserta selalu menjaga kebersihan di manapun berada. Generasi hebat bukan hanya yang cerdas secara intelektual, tetapi juga peduli lingkungan, memiliki empati, dan menjunjung nilai moral.

Dalam arahannya, beliau mengingatkan bahwa kecerdasan manusia tidak hanya diukur dari IQ (Intelligence Quotient) atau kemampuan akademik semata. Seorang pelajar abad 21 harus memiliki tiga kecerdasan utama:

  • IQ (Intellectual Quotient) → kemampuan berpikir logis, memahami pelajaran, memecahkan masalah.

  • EQ (Emotional Quotient) → kemampuan mengelola emosi, bekerja sama, menjaga hubungan baik, berempati kepada orang lain.

  • SQ (Spiritual Quotient) → kemampuan memahami makna hidup, membedakan baik dan buruk, memiliki nilai moral dan keimanan yang membimbing tindakan.

Ketiga kecerdasan ini harus berjalan bersama. Jika hanya cerdas secara intelektual, tetapi tidak menghargai sesama dan alam sekitar, maka kecerdasan itu belum sempurna. Itulah nilai penting yang dipelajari dari kemah lintas agama belajar hidup dalam perbedaan, tetapi tetap berjalan dalam harmoni.

Perjalanan pulang dari Kasongan ke Petak Malai mungkin relatif singkat, tetapi kenangan dari kemah ini akan tinggal lama dalam hati para peserta. Semoga pengalaman berharga ini menjadi langkah awal untuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara pengetahuan, tetapi juga bijak dalam sikap dan mulia dalam perilaku.

Komentar